Warga berjalan di dekat baliho bergambar putra Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep di Jalan Margonda Raya, Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (23/5/2023). (Foto: Republika/Putra M. Akbar)
DEPOK: Putra Bungsu Presiden RI Joko Widodo, Kaesang Pangarep menyatakan siap maju di Pilkada untuk menjadi wali kota Depok 2024. Presiden Joko Widodo (Jokowi), selaku orang tua Kaesang, memberikan restu Kaesang Pangarep untuk menjadi Walikota Depok atau “Depok Pertama”.
Bagaimana peluang Kaesang Pangarep? Berikut analisis Pakar Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah, Deden Mauli Darajat, dikutip dari laman Republika.co.id. Menurut Deden, terdapat tiga kelebihan dan tiga kekurangan bagi Kaesang jika maju menjadi Walikota Depok.
Tiga Kelebihan Kaesang
Pertama, Kaesang sudah populer di media sosial. “Kaesang maju jadi cawalkot Depok yang pertama secara perspektif komunikasi politik, dia sudah terkenal ya, jadi popularitasnya dia sudah dapat, karena dia youtuber, dia aktif di media sosial Instagram, Tiktok,” kata Deden, Jumat (16/6/2023). Kedua, dia anak muda yang punya pandangan kekinian. Ketiga, Kaesang adalah anak presiden sehingga preference power melekat dalam dirinya. Sama halnya seperti Agus Harimurti Yudhoyono anak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, atau Megawati anak Presiden Soekarno. “Jadi (kelebihannya) tiga hal tadi, dia popular, dia anak muda dan dia preference power,” kata Deden.
Tiga Kekurangan Kaesang
Sedangkan tiga kekurangan Kaesang, ujar Deden, pertama pasti Kaesang akan dihajar tentang dinasti politik. Karena ayahnya sebagai Presiden, kakaknya Gibran Rakabuming menjadi Wali Kota Solo dan Bobby Nasution yang merupakan abang iparnya, menjadi Wali kota Medan. “Nah ini pasti (dianggap) dinasti politik. Ini sasaran tembak dengan peluru narasi politik dinasti,” ujar Deden. Meski dinasi politik dalam tradisi demokrasi sendiri sah-sah saja. Namun dalam ranah etika, masyarakat akan beranggapan lain. “Masa iya sih?” kata Deden.
Kekurangan kedua, karena Kaesang masih terlalu dini untuk masuk dalam struktur politik apalagi menjadi kepala daerah. “Masih terlalu muda untuk masuk ke wilayah politik, secara pengalaman, dia belum terlalu matang untuk menjadi Wali Kota Depok,” ungkapnya. Kemudian, kekurangan ketiga yakni Kaesang bukan asli warga Depok. Meskipun lagi-lagi, kekurangan ini dalam dunia politik menurutnya bisa cair. “Tapi yang perlu dipikirkan ulang lagi, bahwa depok itu basisnya PKS, apakah Kaesang mampu berhadapan dengan PKS kota Depok,” Tanya Deden. (Sumber: www.republika.co.id)